Jumat, 09 Januari 2009

PROFIL MAN 3 MALANG

Madrasah Aliyah merupakan sekolah Menengah setara SMU yang berlandaskan Agama Islam. Madrasah yang berlokasi di jalan Bandung 7 Malang ini telah ditetapkan sebagai salah satu dari beberapa MAN unggulan di Indonesia. Di komplek jalan bandung 7 Malang inilah berdiri tiga Madrasah yang kemudian oleh Departemen Agama RI ditetapkan sebagai Madrasah Terpadu yang terdiri dari MIN Malang 1, MTsN Malang 1, dan MAN 3 Malang. Madrasah Terpadu Malang ini secara berkesinambungan terus berpacu dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan pelaksanaan pendidikan, sehingga saat ini telah menjadi salah satu komplek sekolah yang sangat favorit di kota Malang.

Hal ini nampak melalui berbagai prestasi yang telah dicapai oleh MAN 3 Malang baik dalam bidang akademik maupun non akademik. Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir ini, grafik prestasi MAN 3 Malang baik akademik maupun non akademik terus meningkat. Dalam bidang akademik, tahun 2004/2005 lalu sekitar 75 persen alumninya berhasil diterima di beberapa Perguruan Tinggi Negeri favorit di Indonesia. Selain itu, dalam bidang non akademik pun selama ini MAN 3 Malang telah menunjukkan prestasi yang luar biasa.
Sukses MAN 3 Malang ini bukan saja ditentukan kualitas siswanya, tetapikeberhasilan MAN 3 Malang diperoleh melalui proses pembelajaran yang tidak lepas dari peran pendidik yang giat mengadakan Work Shop, seminar, dan pelatihan-pelatihan. Sekolah dengan penataan lingkungan penuh warna islami dan asri ini telah pula berhasil mengembangkan PSBB (Pusat Sumber Belajar Bersama ), yang merupakan tempat yang sangat multifungsi yaitu untuk seminar atau pelatihan, penginapan dan kegiatan belajar mengajar.
Pergantian tonggak kepemimpinan dari Drs. Abdul Djalil M.Ag Ke Drs. Imam Sudjarwo M.Pd pada bulan Maret 2005, tidak membuatMAN 3 Malang mengalami kemunduran bahkan malah sebaliknya, Drs. Imam SUdjarwo M.pd yang bertekad ingin lebih memajukan MAN 3Malang, Beliau mempunyai rencana dan strategi yang baru dan membawa suasana lain dalam kepemimpinannya, sehingga menurut beliau percepatan perkembangan agama islam harus diimbangi dengan sarana pendidikan yang memadai untuk mendidik kader-kader islami yang tangguh.

Dengan bukti prestasi yang telah dicapai oleh MAN 3 Malang tersebut, penilaian sebagian masyarakat yang mengatakan bahwa Madrasah itu kurang diminati adalah penilaian yang keliru. Sampai saat ini MAN 3 Malang merupakan salah satu Madrasah di Indonesia yang telah berhasil membuktikan eksistensi dan prestasinya baik di tingkat kota Malang, propinsi, maupun tingkat nasional. Minat masyarakat untuk menyekolahkan putra-putrinya ke MAN 3 Malang juga semakin meningkat tahun demi tahun. Keberhasilan tersebut merupakan buah dari kerja keras, komitmen, pembaharuan, dan kebersamaan yang telah dibangun dan dilakukan secara terus menerus oleh para pimpinan Madrasah dan seluruh civitas akademika MAN 3 Malang selama ini.
Terlebih lagi, hal ini disebabkan oleh faktor penghargaan pemerintah yang menyebut bahwa madrasah adalah sekolah umum bercirikan agama dengan penghargaan ijazah yang sama dengan ijazah umum dan plus pendidkan agamanya.

Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah pelayanan. "Tidak pandang sekolah madrasah negeri, swasta, kalau bisa memberikan pelayanan terbaik akan diminati masyarakat. dengan pelayanan dan diimbangi prestasi maka masyarakat akan senang." sehingga motto MAN 3 Malang yaitu Islami, Unggul dan Populis. Di MAN 3 Malang, siswa dituntut untuk dapat memiliki kemantapan aqidah, kekhusukan ibadah (Spiritual Quotient), keluasan IPTEK (Intelegency Quotient), dan keluhuran akhlak (Emotional Quotient). Dalam pembelajarannya, di MAN 3 Malang menerapkan sistem Full Day School. Ful Day School ini merupakan kegiatan belajar sehari penuh. Dimana siswa memulai belajar pukul 06.30 WIB sampai dengan pukul 15.30 WIB. Setiap kali masuk kelas dan mengawali pelajaran, siswa selalu dibiasakan untuk berdo'a dan dilanjutkan mengaji secara bersama sama. Begitu juga sebaliknya ketika pulang, siswa dibiasakan untuk berdo'a dan bersama-sama membaca Asmaul Husna.
Tak seperti di sebuah madrasah, inilah kesan pertama di MAN 3 Malang. Sebagai sekolah sehari penuh atau Full Day School, para siswa mengatur siasat agar bisa menikmati pelajaran tanpa jenuh. Di MAN 3 Malang, guru bukan jadi sosok yang ditakuti, penjelasan guru tak lagi didengar dengan terpaksa. Di MAN 3 Malang guru bagaikan sahabat sumber ilmu. Di dalam kelas, siswa telah disediakan berbagai fasilitas yang dapat membantu siswa dalam belajar. Sehingga dengan demikian tujuan meningkatkan kualitas lewat Full Day School akan tercapai kalau siswa itu dapat merasakan senang dalam belajar, sedangkan guru merasa enjoy dalam memberikan pelajaran.

Di MAN 3 Malang, siswa bebas berekspresi sesuai keinginan mereka. Seperti didalam kelas, siswa dapat menghias dan didesain sesuai dengan selera mereka atau otonomi kelas sehingga menciptakan sekolah sebagai rumah pertama adalah tujuan MAN 3 Malang. Prinsip pendidikan berbasis sekolah berjalan efektif di MAN 3 Malang. Sekolah yang menentukan model pendidikan terbaik untuk sekolah mereka. Di MAN 3 Malang, siswa tak lagi menjadi murid pasif yang mennunggu arahan sang guru. Di MAN 3 Malang, siswa bebas bersuara untuk masa depan mereka.

Kamis, 08 Januari 2009

PEMBELAJARAN BEHAVIORISTIK

oleh :HADAMI


A. PENDAHULUAN
Belajar merupakan proses perubahan perilaku yang disebabkan oleh pengalaman. perubahan perilaku tersebut dapat berupa perubahan yang tidak tidak nampak yaitu dapat berupa bertambahnya pengetahuan maupun yang nampak yaitu dapat berupa kemampuan psikomotorik dan afektif..
Perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan bukan dinyatakan sebagai hasil belajar pada waktu lahir tiap individu tidak memiliki karakteristik tertentu seperti refleksi dan respon terhadap kelaparan namun manusia selalu belajar setiap hari belajar untuk makan, berbicara, berjalan dan lain-lain
Anak yang merasa ketakutan ketika berjalan sendiri pada malam hari merupakan hasil dari belajar anak telah belajar menghubungkan kegelapan dengan suatu keadaan yang menyeramkan. Reaksi ini dapat diperoleh secara tidak sadar maupun secara sadar dan juga dapat diperoleh dari hasil belajar.
Dalam makalah ini akan dipaparkan konsep dan prinsip pembelajaran berdasar teori belajar behavioristik

B. PEMBAHASAN
1. Teori Belajar
Pembelajaran menurut aliran behavioristik adalah upaya membentuk prlaku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan agar terjadi hubungan antara lingkungan dengan perilaku si belajar (Sugandi dan Haryanto : 2004)
a. Pavlov (Classical Conditioning)
Pada awal abad 19 Pavlov mempelajari proses pencernaan pada anjing. Dia memperhatikan perubahan waktu dan kecepatan pengeluaran air liur pada anjing yang sudah dioperasi kelenjar air liurnya sehingga ketika mengeluarkan air liur dapat ditampung dan diobservasi.
Pavlov meneliti apakah bunyi bel sebagai stimulus berkondisi dapat menimbulkan air liur sebagai respon berkondisi pada anjing, dan hasilnya adalah :
a) Apabila daging disajikan maka anjing mengeluarkan air liur (alami)
b) Apabila bunyi bel disajikan secara bersamaan dengan daging maka air liur tidak keluar
c) Apabila perlakuan pada poin b) dilakukan secara berulang-ulang maka air liur anjing dapat keluar
d) Apabila bunyi bel diganti dengan bunyi sirine maka anjing tetap mengeluarkan air liur
e) Apabila bunyi bel disajikan sacara terus menerus tanpa diikuti oleh daging maka lama-lama air liur tidak keluar hal ini disebut extinction (kepunahan)
f) Apabila stimulus disajikan secara bervariasi yaitu dengan penguatan berupa lampu merah disertai daging dan lampu hijau tidak disertai daging dan diberikan secara berulang-ulang maka anjing akan mengeluarkan air liur ketika melihat lampu merah walaupun tidak disertai daging karena sudah terbentuk respon berkondisi
Kesimpulan penelitian Pavlov adalah bahwa dalam diri anjing akan terjadi penglondisian selektif berdasar penguatan selektif artinya anjing dapat membedakan stimulus yang disertai penguatan dan yang tidak disertai penguatan. Teori Pavlov ini disebut Classical Conditioning
b. Thorndike (koneksionisme)
Thorndike menggunakan kucing sebagai hewan percobaan, Thorndike menghitung waktu yang dibutuhkan oleh kucing untuk dapat keluarr dari kandang percobaan (Puzzle Box)
hasil dari eksperimen Thorndike adalah bahwa kucing dapat keluar dari kandang dengan jalan coba-coba (Trial and Error)
Dari percobaan tersebut Thorndike mengemukakan tiga hukum belajar yaitu :
a) Law of readiness. Agar proses belajar mancapai hasil yang baik maka diperlukan adanya kesiapan individu. Apabila individu dapat melakukan sesuatu dengan siap maka dia akan mamperoleh kepuasan, jika terdapat hambatan maka akan menimbulkan kekecewaan.
b) Law of Exercise. Hubungan antara stimulus dengan respon akan menjadi kuat apabila sering dilakukan latihan
c) Law of effect. Apabila sesuatu memberikan hasil yang menyenangkan maka akan hubungan antara stimulus dan respon akan semakin kuat sebaliknya bila memberikan hasil yang tidak menyenangkan maka hubungan antara stimulus dan respon akan menurun
c. Skinner (Operant Conditioning)
Skinner mempelajari gerak non reflek atau yang disengaja melalui percobaan tikus lapar yang dimasukkan dalam skinner box. Berdasar eksperimen tersebut Skinner mengemukakan dua prinsip umum yaitu :
a) Setiap respon yang diikuti penguatan maka akan cenderung diulang kembali
b) Penguatan akan meningkatkan kecepatan respon

2. Prinsip – Prinsip Belajar
a. Reinforcement and Punishment
Konsekuansi yang menyenangkan akan memperkuat perilaku disebut penguatan (reinforcement) sedangkan konsekuansi yang tidak menyenangkan akan memperlemah perilaku disebut hukuman (punishment)
1) Penguatan positif dan negative
Pemberian stimulus positif yang diikuti respon disebut penguatan positif misalnya memuji siswa setelah dapat merespon pertanyaan guru. Sedangkan mengganti peristiwa yang dinilai negative untuk memperkuat perilaku disebut penguatan negative, misalnya apabila mahasiswa dapat mengerjakan tugas dengan sempurna maka diperbolehkan tidak mengikuti mid semester.
2) Penguatan primer dan sekunder
Penguat primer adalah penguatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan fisik seperti air, makanan, udara, dan lain-lain. Sedangkan penguatan sekunder adalah penguatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan non fisik seperti pujian, pangkat, uang dan sejenisnya.
Dalam pembelajaran Skinner menyatakan bahwa pemberian hadiah lebih efektif dalam merubah perilaku seseorang daripada menggunakan hukuman

b. Kesegeraan pemberian penguatan (immediacy)
Penguatan hendaknya diberikan segera setelah perilaku muncul karena akan menimbulkan perubahan perilaku yang jauh lebih baik dari pada pemberian penguatan yang diulur-ulur waktunya
1) Pembentukan perilaku (shapping)
Menurut Skinner untuk membentuk perilaku seseorang diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :
Mengurai perilaku yang akan dibentuk menjadi tahapa-tahapan yang lebih rinci
Ø
Menentukan penguatan yang akan digunakan
Ø
Penguatan diberikan terhadap perilaku yang mekin dekat dengan perilaku yang akan dibentuk
Ø
2) Kepunahan (extinction)
Apabila respon yang telah terbentuk tidak mendapat penguatan lagi dalam waktu tertentu maka akan mengalami kepunahan perilaku misalnya siswa harus meletakkan sandal didalam loker setiap kali mau masuk kelas, suatu ketika siswa tidak meletakkan sandal didalam loker sampai beberapa kali dan tidak ditegur maka setelah itu siswa tidak akan pernah meletakkan sandal didalam loker.

C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Pembelajaran menurut konsep behavioristik adalah upaya membentuk prilaku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan yang sesuai agar terjadi hubungan antara lingkungan dengan perilaku si belajar.
Dalam pelaksanaannya supaya pembelajaran ini dapat berhasil maka harus memperhatikan prinsip-prinsip belajar behavioristik
2. Daftar Pustaka
Anni, catharina T. (2004). Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK unnes.
Sugandhi, ahmad. (2004). Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK unnes